Malang Darurat Parkir


Tamu

/ #1871

2016-09-20 22:38

penataan parkir yg diklaim pemkot sudah bagus ternyata masih seperti dulu, ruwet. coba belajar pada pemkot denpasar, petugas parkirnya pake baju seragam dengan nama tertera di dada, celana seragam, kalungan ID card, topi plus peluit (bukan pake rompi yang dijual bebas di pasar besar..!), karcis selalu diberikan tanpa diminta (SOP-nya memang begitu), harusnya lahan parkir menjadi hak kaum difabel, setelah itu pemegang kartu miskin (amanat undang undang iki..), barulah kemudian pemuda yang belum mendapat pekerjaan, bukan para preman, (undangen aku untuk diskusi...) trus tarif parkir mahal malah men-stimulus orang untuk malas bekerja, mending jadi tukang parkir saja, hasilnya lebih gede daripada kerja yg lain, gak perlu disiplin, gak perlu attitude, gak onok sing ngatur, tinggal duduk duduk sambil cuci mata modal rompi parkir, duit ngalir. enak tenan kan..?  tarif gak dinaikkan saja yang pengen jadi tukang parkir akehh, maneh maneh taripe mundhak 100%, tambah sak arat arat... akhirnya wargamu akeh sing pingin dadi tukang parkir..! pikiren iki Anton..! lagian level kota Malang jauh dibawah Jakarta, Bandung, Denpasar, kok tarif parkirnya diatas kota kota tersebut..? ada kepentinga apa sih? sebelum bikin perda tentunya studi lapangan kan? apa dampak negatif dan positifnya, membebani rakyat gak? dampak tak langsungnya apa saja, rasakan seandainya kita warga kelas bawah... opo gak pernah merasakan mau beli sesuatu sampe pindah 3 ato 4 toko belum nemu barange tapi parkir wis entek wolowngewu ? opo gak misuh misuh..! Atau pejabatnya tidak pernah merasakan dampak dari kebijakannya sendiri, pejabate sugih, tarip parkir naik berapapun sanggup bayar, parkir arang arang mbayar (tukang parkire gak wani narik),  perkoro masyarakat terbebani, gak ngurus...!!  nek masyarakat komplain, jawabane klasik," kan ada salurannya?"  nek diwehi saran ato pendapat jawabe "apa yang anda sampaikan sebenarnya sudah kami lakukan, akan tetapi... atau masukan anda nanti kita pertimbangankan, dsb". Perda-ne nggawene gampang, membatalkannya itu proses yg sulit..

 Solusine opo? Lahan parkir iku dikontrak, misalkan per 2 tahun dengan evaluasi per 6 bln (kalo ada pelanggaran berat bisa diputus kontrak), SOP-ne harus jelas, ada reward & punishment, area bebas parkir harus steril dari juru parkir liar (tugase satpol PP, biar kasubsi parkir gak ngeles lagi dengan mengatakan" dilokasi bebas parkir jangan ngasih uang parkir, tetapi kalo gak enak hati ya kasih aja..) SOP terpampang dilokasi parkir. petugas parkir harus beli seragam pada pemkot, dan hanya pemkot yg boleh memproduksi seragam tersebut (bukan dijual bebas di pasar besar), beri sarana kepada netizen agar bisa meng-upload video para oknum jukir yg nakal, terakhir akuntabilitas keuangan bisa dipertanggung jawabkan. wis ngerti Ton? durung cak, nek mbahas parkiran palang ambek abah Anton ae cak.! aku te budhal markir, iki jam wayahku. Lho lha koen anton sopo? tonggomu cak. Lho aku maeng ngomong sampek muruh te nyampekno aspirasi nang abah Anton Walikota, kok malah kliru nang awakmu...jebule..!!