Betonisasi di tempat Wisata Taman Nasional Kelimutu..Masalah atau Solusi?

received_2375235529369058.jpeg

(Foto : Ian Bala)received_2375235512702393.jpeg

(Foto : Ian Bala)

 

Link berita

http://voxntt.com/2017/11/22/kelimutu-dikenal-danau-tiga-warna-bukan-aksesoris-bangunan/

http://voxntt.com/2017/11/21/di-hadapan-wabup-djafar-pelaku-pariwisata-desak-bongkar-anjungan-di-kawasan-kelimutu/ 

 

DANAU KELIMUTU ibarat Gadis Desa..

Yang kecantikannya sudah Alami...

 

Yang tidak perlu lagi alisnya di 

cukur lalu diukir lagi...

Yang tidak perlu lagi matanya diberi kontak lensa dan bulu matanya harus cetar..

Yang tidak perlu matanya diberi shading shadingan..begitu juga Hidung dan pipinya..

Yang tidak perlu lagi harus ada lipstik merona dibibirnya...

Yang tdk perlu lagi rambutnya diberi warna warni...cukup sisir rapi saja..

 

Karena Kecantikan alami memang tidak perlu embel embel lain yang tidak natural

Cukup disesuikan saja dgn yang aslinya....

Cantiknya dapat Naturalnya tetap ada...(David Mossar)

----------------

Konsep desain bangunan  pada era modern sekarang ini sangat tidak melihat  perananan keadaan lingkungan atau  keadaan alam sekitarnya ( eksisting site). Bangunan yang didirikan di kawasan konserfasi seperti wisata alam seharusnya mempertibangkan keadaaan lingkungannya sekitarnya dan menjadi suatu acuan konsep desain agar bangunan yang berdiri nantinya mempunyai keselarasan dan tidak bertentangan dengan alam. Sering banyak dijumpai fasilitas fasilitas di tempat wisata ketika dibangun tidak sesuai dengan konsep alam, hal inilah yang menjadi dasar sebagian individu maupun masyarakat pelaku pariwisata menyesal dengan keberadaan bangunan baru yang sangat tidak mempetimbangkan konsep desain yang natural. Heinz Frick (1988) berpendapat dalam buku Arsitektur dan Lingkungan, hubungan antara teknologi dan lingkungan terdapat tiga macam, pertama yaitu teknologi menghindari alam, teknologi menyesuaikan alam dan teknologi menentang alam. 

Istilah “betonnisasi”  sangat sering didengar saat ini untuk menggambarkan bangunan dan lingkungannya yang  menggunakan material beton untuk struktur dan permukaannya. Betonisasi bukan hanya tentang perkerasan permukaan tanah oleh lantai beton, pembangunan gedung hotel, kantor, sekolah, universitas, rumah, sampai yang skala kecil seperti KM WC pun bisa disebut betonisasi. Betonisasi menjadi kurang baik bila sudah benar-benar menentang kondisi, sifat, dan perilaku alam. Sebab akibat dari betonisasipun bermacam-macam misalnya lahan perkebunan yang dialih fungsikan sebagai tembat olaraga kemudian dibangun lapangan beton diatasnya. Disatu sisi lingkungan menjadi lebih hidup dengan aktivitas olahraga, namun disisi lain area resapan air berkurang dan lingkungan menjadi lebih panas karena sifat beton yang memantulkan panas radiasi matahari. Contoh pembangunan rumah-rumah bertingkat secara masif, disatu sisi rumah menjadi kebutuhan dasar manusia, namun disisi lain tingginya bangunan dapat menghambat sirkulasi udara atau pencahayaan matahari di pagi hari bagi jalan sekitar atau rumah sebelah yang lebih pendek. 

Betonisasi menjadi masalah bagi  alam jika menutup resapan air, menjadi masalah juga  jika menutup akses udara untuk pencahayaan alami. Tidak dipungkiri penggunaan beton sangat penting karena menjadi kebutuhan utama manusia untuk mendirikan bangunan pada zaman modern saat ini. Namun kita hidup di lingkungan  alam yang akan seolah terlupakan karena dampak dari alam manusia bisa membuat manusia binasa, alam menjadi tidak alami karena teknologi mencampurinya. Kondisi alam yang sebenarnya menuntut manusia untuk lebih berfikir menggunakan ilmunya agar desain produk dan pembangunannya bisa selaras dengan alam sekitar.

Obyek wisata dan atraksi wisata merupakan bagian yang sangat menentukan perkembangan industri pariwisata. Obyek Wisata merupakan semua hal yang menarik untuk dilihat dan dirasakan oleh wisatawan yang disediakan atau bersumber pada alam saja, berbeda dengan atraksi wisata merupakan sesuatu yang menarik untuk dilihat, dirasakan, dinikmati dan dimiliki oleh wisatawan. Bagian dari daya tarik wisata dapat digolongkan menjadi atraksi alam, atraksi budaya, dan atraksi buatan. Tidak dipungkiri potensi objek wisata merupakan potensi andalan untuk menikatkan taraf hidup  masyarakat disekitarnya. Contoh ojek wisata alam adalah  taman nasional yang ada di seluruh wilayah Indonesia yang dikelolah sepenuhnya oleh pemerintah pusat dan sebagian berdampak untuk masyarakat di sekitarnya.

Taman nasional menurut UU No. 5 Tahun 1990, adalah kawasan pelestarian ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Pengelolaan taman nasioal dikenal zona-zona pengelolaan, yaitu zona inti, zona pemanfaatan, zona rimba, zona pengembangan, zona tradisional, zona rehabilitasi, dan zona khusus. Terpenting dalam prinsip desain kawasan konserfasi di Taman Nasional adalah konsep pemanfataan Zona inti, yaitu zona khusus bagi upaya perlindungan dan pelestarian, tidak boleh dilakukan kegiatan pengelolaan maupun kegiatan penunjang. Zona rimba, yaitu zona yang dapat dikunjungi oleh pengunjung untuk kegiatan rekreasi terbatas. diperbolehkan adanya kegiatan pengelolaan, misalnya pembinaan habitat satwa,tumbuhan, pembuatan jalan setapak, menara pandang, dan lain-lain. Zona pemanfaatan, yaitu zona yang dialokasikan untuk menampung kegiatan rekreasi pengunjung serta penyediaan sarana untuk pengelolaan atau pun untuk keperluan pengunjung, misalnya bumi perkemahan, wisma tamu, pusat informasi, jalan, dan lahan parkir.

Pembangunan fasiltas wisata di Kabupaten Ende umumnya kurang mempertibangkan konsep desain yang berkarakter lingkungan sekitarnya. Dilihat dari beberapa fasilitas wisata yang ada dibeberapa kawasan wisata sangat tidak menarik untuk dilihat oleh wisatawan. Bangunan diirikan menggunakan material moderen dan tidak mempertimbangkan aspek material local. Material local yang ada disekitarnya seperti bamboo bisa menjadi daya tarik tersendiri dapat dikombinasikan dengan material lainnya. Kabupaten Ende memilik ciri khas arsiektur tradisional, bangunan tradisional seperti Sao Ria (rumah tradisional) bisa dikembangkan sebagai konsep arsitektur perancangan seperti penggunaan material alami dan wujud bentuk bangunannya. Di perkampungan tradisional sering dijumpai penggunaan batu ceper yang disusun bertingkat tidak menggunakan semen yang biasanya di sebut Kota sebagai bahan dasar sehingga terihat natural sehingga peran arsitek untuk mendesain perpaduan konsep material yang bergaya arsitektur local. Misalnya jalur pejalan kaki di tempat wisata tidak menggunakan betonnisasi tapi menggunakan susunan batu sehingga air hujan nantinya bisa langsung meresap ke dalam tanah. 

Area tempat wisata di kabupaten Ende yang berada di kawasan adat sudah seharusnya bercirikan arsitektur tradisional. Penambahan fasilitas wisata di buat dalam berbagai zona seperti regulasi yang dibuat pada daerah konservasi taman nasional yang tidak semua bangunan dirikan sembarang dapat berakibat hilang karakter alami pada daerah wisata pada daerah konserfasi. Peran pemerintah setempat sangat penting mengatur regulasi tentang konsep rancangan wisata daerah nantinya karena area ini menjadi sumber pendapatan apabila tidak di perhatikan ketakutannya adalah dampak dari  rusaknya ekosistem alami di sekitar wisata sehingga karakter naturalnya tidak dapat terlihat lagi dan berdampak kurangnya kunjungan wisata nantinya.

(Mukhlis A. Mukhtar)


David Mossar (Relawan Bung Karno Ende)    Hubungi penulis petisi